oleh

“Ritual of Biha” Teater Kurusetra UKMBS Unila: Napak Tilas Tradisi-Budaya Lampung yang Sarat Makna

VoxLampung, Bandar Lampung – Teater Kurusetra UKMBS Universitas Lampung (Unila) bekerja sama dengan Komunitas Lab Teater Ciputat (LTC) sukses menggelar pementasan teater berjudul “Ritual of Biha”. Acara ini merupakan bagian dari program Lab Indonesiana: Dapur LTC “Inkubasi Talenta Teater Indonesia”, yang diselenggarakan oleh Manajemen Talenta Nasional Bidang Seni Budaya dari Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan.

Diguyur hujan gerimis, pementasan digelar di Balai Rektorat Universitas Lampung dan dihadiri oleh kurang lebih 500 penonton, termasuk perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, seniman dan budayawan, alumni UKMBS Unila, seniman kampus, mahasiswa, media, dan masyarakat umum.

Dalam sambutannya, Ketua Umum UKMBS Unila mengungkapkan bahwa Ritual of Biha adalah bentuk dedikasi generasi muda untuk menggali dan merawat tradisi dan budaya lokal di Lampung.

“Harapannya, Ritual Biha tidak hanya menjadi peninggalan masa lalu. namun, nilainilai yang masih relevan di era sekarang, sepatutnya kita hidupkan kembali sebagai salah satu jati diri kita sebagai manusia Lampung,” jelasnya.

Gino Vanolie, selaku alumni sekaligus Ketua Umum UKMBS Unila 1991 memberikan apresiasi sebesar-besarnya pada UKMBS Unila yang telah berhasil menjadi perwakilan Lampung dalam program ini melalui proses seleksi yang diikuti oleh ratusan peserta dari seluruh Indonesia.

“Di wilayah Sumatra hanya 4 orang yang terpilih dan Lentera, perwakilan dari UKMBS Unila, adalah salah satunya,” pungkasnya.

Lentera Dzulkarnain selaku aktor-kreator mengungkapkan bahwa Pementasan Ritual of Biha menghadirkan kisah ritual kuno yang berasal dari Pekon Biha, Pesisir Barat, Lampung. Nama Biha sendiri memiliki asal usul unik, yakni singkatan dari ujung nama Ghobi (Bi) dan Igha (Ha).

“Berdasarkan cerita, sebelum mengenal peradaban Islam, masyarakat Biha pernah mempraktikkan ritual pengorbanan nyawa manusia demi keselamatan dan keberlangsungan hidup mereka. Artinya, masyarakat Lampung begitu menempatkan alam sebagai realitas yang setara bahkan lebih tinggi dari keberadaan manusia. Relasi alam-manusia ini yang coba kita angkat kembali,” ujarnya.

Pertunjukan berlangsung dengan khusyuk, didukung suasana hujan gerimis yang menambah intensitas dan kedalaman emosi. Dengan narasi kuat dan visual memukau, pementasan ini berhasil membawa penonton dalam perjalanan lintas waktu untuk memahami kekayaan tradisi Biha.(Rls)

Print Friendly, PDF & Email

Komentar

Rekomendasi