VoxLampung.com, Bandar Lampung – Keterlibatan perempuan dalam politik saat ini masih terbilang rendah. Hal itu karena kita hidup di alam dengan budaya patriarki, sehingga ada saja hambatan kultur sosial yang membuat laju gerak perempuan tidak se-leluasa laki-laki. Perempuan masih dianggap tidak cocok terjun di dunia politik, dan lebih baik mengatur urusan domestik rumah tangga.
Hal itu disampaikan Akademisi Fisip UGM Abdul Gaffar Karim, saat menjadi pemantik diskusi bertema Pemetaan Isu Krusial dan Dukungan Laki-Laki Pimpinan Partai Politik untuk Keterpilihan Perempuan Politisi Lampung di Pemilu 2024, yang berlangsung di Whiz Prime Hotel Bandar Lampung, Jumat, 11/11/2022.
Pada diskusi itu, Abdul Gaffar menyampaikan tentang pentingnya upaya dan aksi laki-laki pimpinan partai politik terhadap pencalonan dan keterpilihan perempuan di Pemilu Legislatif (Pileg) 2024.
Abdul Gaffar bilang, kebanyakan hambatan-hambatan kultural itu justru dijaga, bahkan dinikmati oleh laki-laki. Alam yang kultural ini membuat laki-laki memiliki privilese atau hak istimewa dibanding perempuan, dan laki-laki tidak mau melepaskan privilese nya itu.
“Ini yang ingin kita sama-sama ubah, dan kita bongkar. Oleh karena itu, yang kita perjuangkan adalah dukungan laki laki untuk perempuan maju pada pesta demokrasi,” kata Abdul Gaffar.
Gaffar memberi contoh, ketika ada istri yang menentukan baju suami, disebut istri sayang suami. Tetapi ketika suami menentukan baju istri, lantas disebut mengekang. Atau saat suami mencucikan sepatu istri disebut sayang istri. Tapi kalau istri yang mencucikan sepatu suami, kerap kali disebut penindasan.

“Alam berpikir tidak adil itu yang ingin kita ubah. Karena sebenarnya esensinya sama. Semangat yang mau kita bangun adalah berpikir adil. Bahwa peluang yang sama itu bisa untuk siapapun,” ujar Gaffar.
Sementara itu, pemateri lainnya yakni Ketua AJI Bandar Lampung Dian Wahyu Kesuma menyampaikan tentang peran media dalam peningkatan elektabilitas dan popularitas perempuan politisi. Dian mengatakan, perempuan politik mesti pintar memanfaatkan media massa untuk memperkenalkan diri ke masyarakat.
Kendati demikian, Dian menegaskan bahwa media massa memiliki kode etik dan bersifat independen. Sehingga produk jurnalistiknya tidak bisa diintervensi oleh pihak mana pun.
Sementara itu, Politisi Partai Demokrat Lampung Yandri Nazir pada kesempatan itu berbagi pengalamannya dalam mendorong keterpilihan perempuan politisi di Pileg. Yandri menuturkan, setelah keluar aturan mengenai 30% keterwakilan perempuan di kursi legislatif, maka Parpol mulai gencar mencari kader perempuan.
Lalu Parpol melakukan langkah-langkah memberdayakan perempuan politisi. Parpol banyak yang membuat sayap-sayap perempuan, melakukan pelatihan-pelatihan, dan memberikan ruang kepada perempuan untuk mengisi posisi strategis.
Meskipun, kata Yandri, ada hambatan-hambatan yang sampai saat ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) besar semua Parpol. Hambatan dimaksud, yang pertama yakni soal faktor kultural.
“Pandangan masyarakat saat ini masih menginginkan perempuan hanya menangani urusan domestik rumah tangga,” Kata Yandri, kembali mempertegas yang telah disampaikan pemateri sebelumnya yakni Abdul Gaffar.
Hambatan selanjutnya yaitu faktor psikologis. Rendahnya rasa percaya diri perempuan dalam bersaing pada Pemilu, sehingga membuat rendah keterwakilan perempuan pada kursi legislatif.
“Selanjutnya adalah hambatan finansial. Minimnya kemampuan finansial mengakibatkan perempuan sangat kecil kemungkinan untuk menang, mengingat pemilu butuh dana cukup besar,” ungkap mantan Anggota DPRD Provinsi Lampung itu.
Pada kegiatan yang diselenggarakan oleh LAdA DAMAR bekerja sama dengan Kaukus Perempuan Politisi Indonesia Provinsi Lampung itu, dihadiri sebanyak 30 perempuan lintas partai politik yang telah mendapatkan rangkaian pendidikan dari The International Republican Institut – Women Democracy Network sebelumnya.
Selain itu, hadir juga perwakilan politisi laki-laki pimpinan Partai Politik, serta sejumlah jurnalis media massa, baik online, cetak maupun elektronik.
Acara hari ini merupakan rangkaian kegiatan hari kedua, setelah kemarin diadakan kegiatan yang sama bersama 15 CSO di antaranya YKWS, WALHI, SADILA, SP Sebay Lampung, LBH Bandar Lampung, IPPI, PKBI, AIMI, KKPPMP, Mitra Bentala, AJI Bandar Lampung, HWDI, PPDI, & Gerkatin. (*)
Komentar