VoxLampung, Jakarta – PLN Nusantara Power (PLN NP) melalui salah satu unit pembangkitnya, UP Indramayu memanfaatkan dan mengubah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) menjadi barang yang memiliki nilai guna dan menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan yang timbul di masyarakat. Langkah ini juga sekaligus menjadi magnet dalam menggerakkan roda untuk menaikkan perekonomian masyarakat setempat.
PLN NP UP Indramayu mengolah FABA menjadi tetrapod atau pemecah ombak yang diaplikasikan di sekitar Pantai Plentong, Sukra, Indramayu, dan mengubah kawasan tersebut menjadi kawasan wisata yang ramai dikunjungi.
Program ini dilatarbelakangi oleh kenaikan air laut pesisir pantai Jawa yang lebih tinggi daripada rata-rata global. Laju kenaikan air laut di pesisir Jawa mencapai 5,12 mm tiap tahunnya. Angka ini lebih tinggi daripada kenaikan air laut global yang hanya berada di 3.1 mm per tahun. Dengan tingginya angka ini, tedapat resiko nyata yang dihadapi oleh warga sekitar Pantai Plentong yaitu ancaman abrasi.
Desa Ujunggebang yang berlokasi di wilayah sekitar UP Indramayu, telah terjadi hilang lahan sebesar 15,83 Ha daratan (terhitung 2008-2017) akibat abrasi yang terus terjadi. Jika tidak ditemukan solusinya, abrasi ini berpotensi menggerus lahan pertanian warga akibat terpaan air laut.
Berdasarkan social mapping yang dilaksanakan di Desa Ujunggebang pada tahun 2017, terdapat pengurangan fungsi lahan mencapai 50 Ha yang berpotensi mengancam pemukiman bagi 4.546 penduduk. Di dalamnya terdapat 8,1 Ha lahan pertanian dan pemukiman.
PLN Nusantara Power melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) PLN Peduli by PLN Nusantara Power melihat potensi yang bisa dikembangkan di wilayah sekitar yang berbasis pengelolaan FABA. Potensi ini juga sekaligus dapat mengubah wajah kawasan menjadi kawasan wisata dan memutar roda perekonomian warga sekitar.
Direktur Utama PLN NP, Ruly Firmansyah menyampaikan komitmen perusahaan dalam menelurkan berbagai program CSR sebagai bentuk keseriusan PLN NP dalam bertumbuh kembang bersama lingkungan dan masyarakat di sekitar wilayah unit bisnisnya.
“Tidak henti-hentinya kami akan terus berinovasi menghasilkan program-program yang manfaatnya akan dapat dirasakan oleh masyarakat. Selain nyala terang listrik berkualitas, kami menggandeng masyarakat sekitar untuk bergerak bersama membawa kebermanfaatan untuk semua,” terang Ruly dalam keterangan tertulisnya, 27/5/2024.
Ditambahkan, PLN NP telah menerjunkan tim terbaiknya dalam melihat, memetakan dan juga merumuskan program CSR untuk mengatasi masalah abrasi ini. Sejak tahun 2017, PLN NP telah bekerja sama dengan kelompok masyarakat sekitar untuk berjalan bersama mewujudkan wisata berbasis pemberdayaan masyarakat di Pantai Plentong ini.
“FABA yang kami olah menjadi tetrapod dan diaplikasikan di Pantai Plentong ini ternyata menjadi salah satu magnet dalam menggaet wisatawan, di samping tujuan utamanya sebagai pemecah ombak penghalang abrasi. Sejumlah 339 tetrapod dan 196,85 ton FABA telah kami serap untuk membantu mencegah abrasi ini,” tambah Ruly.
Dalam pemanfaatan FABA, PLN NP menggandeng dan mendampingi masyarakat untuk dapat membuat produk breakwater yang telah diteliti. Pengembangan wisata Pantai Plentong pun telah terperinci yang dikerjakan secara bersama. Kawasan wisata ini memiliki tujuan membentuk masyarakat mandiri yang dapat mengelola aset untuk mitigasi bencana.
Wisata Berbasis Masyarakat ini telah berhasil menyerap 40 tenaga kerja yang dikelola oleh Koperasi Plentong Maju Sejahtera. Kelompok masyarakat yang terlibat pun telah memiliki keahlian dalam membuat produk breakwater serta produk beton dan turunannya sebagai upaya penanggulangan abrasi.
Program ini juga memiliki nilai ekonomis dimana tetrapod yang dihasilkan memiliki harga 36% lebih murah dibandingkan dengan produk serupa di pasaran. Di samping itu, berkat pengelolaan yang apik, perekonomian masyarakat pun meningkat hingga jutaan rupiah bagi setiap tenant. Hal ini sebanding dengan rata-rata wisatawan yang berkunjung mencapai 3000 tiap bulannya.
Tujuan awal program dalam mengatasi permasalahan utama pun tercapai. Setelah implementasi program, tercatat terdapat perlambatan laju abrasi di sekitar pantai Ujunggebang sepanjang 400 meter. Fenomena abrasi pun turun dari semula 1,7 Ha (2014-2017) menjadi 0,49 dalam kurun waktu 4 tahun (2018-2022) atau setara dengan 78%. Selain itu, melalui penanaman pohon dan manggrove yang masif, juga memberikan perlindungan lahan bagi 8,1 Ha lahan sawah dan pemukiman warga serta melindungi hasil panen warga sebesar 102,14 ton/ tahunnya.
Sebagai salah satu penerima manfaat sekaligus penggerak perubahan, Kusnanto, ketua Koperasi Plentong Maju Sejahtera menyampaikan apresiasi dan harapan besarnya akan keberlanjutan program PLN NP UP Indramayu. Baginya, program sudah menjadi wadah bersama masyarakat untuk perubahan iklim dan kawasan yang lebih baik.
“Menjaga lingkungan bukan hanya angan-angan, tetapi perlu juga tindakan nyata. Hal ini saya temukan di program CSR PLN Peduli by PLN NP UP Indramayu dalam mengawal Pantai Plentong hingga menjadi sebesar sekarang,” ujar Kusnanto.
Diketahui, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dikeluarkan tanggal 2 Februari 2021 lalu menyatakan bahwa Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) yang merupakan hasil pembakaran batubara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap digolongkan menjadi Limbah Non B3 Terdaftar. Artinya FABA tidak berbahaya, tidak beracun dan aman untuk dimanfaatkan. Perubahan status dari Limbah B3 menjadi Limbah Non B3 Terdaftar ini selaras dengan amanat Undang Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020.
PLTU Indramayu, merupakan pembangkit listrik tenaga uap yang berdiri di Desa Sumuradem, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pembangkit listrik ini memiliki total kapasitas energi sebesar 3×330 Mega Watt (MW) dan mampu menyuplai listrik di wilayah Pulau Jawa, Madura dan Bali. (Rls)
Komentar