VoxLampung, Bandar Lampung – Peningkatan pertumbuhan kredit pada Triwulan 1 tahun 2024 diikuti dengan meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL) yang naik sebesar 0,75%. Dari sebelumnya posisi Maret 2023 sebesar 3,51% menjadi sebesar 4,25% pada Maret 2024.
Pada triwulan I, kredit UMKM secara year on year (yoy) memang meningkat sebesar Rp4,02 Triliun (14,53%) dari Rp27,64 Triliun pada triwulan 1-2023 menjadi sebesar Rp31,65 Triliun. Ini berdampak pada peningkatan share kredit UMKM sebesar 3,66% yaitu dari sebesar 36,38% menjadi sebesar 40,04%.
Kepala Kepala OJK Provinsi Lampung, Otto Fitriandy menjelaskan, meningkatkan NPL disebabkan adanya peningkatan nominal NPL UMKM yang meningkat sebesar Rp0,38 Triliun yaitu dari sebesar Rp0,97 Triliun di Triwulan 1-2023 menjadi sebesar Rp1,35 Triliun di Triwulan 1-2024.
“Untuk itu, OJK terus mendukung kinerja perbankan melalui kebijakan yang diperlukan sehingga dapat terus tumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risiko,” kata Otto dalam pemaparannya saat acara Media Update Triwulan 1-2024 di Ballroom Hotel Horison Bandar Lampung, Rabu, 26/6/2024.
Otto bilang, peningkatan NPL sektor UMKM ini tidak dipengaruhi oleh penghentian restrukturisasi kredit yang dilakukan per 1 April lalu. Sebab, katanya, satu tahun sebelum program restrukturisasi usai, industri jasa keuangan telah diminta untuk melakukan simulasi untuk debitur-debitur yang ternyata memang tidak mampu bangkit lagi usahanya.
“Kalau secara umum di Provinsi Lampung tidak menunjukkan akan ada permasalahan akibat adanya program restrukturisasi yang diselesaikan,” kata Otto.
Menurutnya, peningkatan NPL sektor UMKM ini lebih disebabkan karena pengelolaan keuangan UMKM yang belum baik. Otto menilai, pertumbuhan wirausaha baru cenderung tinggi setelah Pandemi Covid-19. Namun, lantaran pelaku usaha baru belum dilengkapi dengan manajemen keuangan usahanya, sehingga risiko kredit bermasalah menjadi tinggi.
“Jadi masalahnya pada pengelolaan keuangan para pelaku usaha baru ini yang belum baik,” kata Otto.
Sebenarnya, lanjut dia, program-program pemerintah dalam upaya mendorong para pelaku usaha terkait pengelolaan keuangan sudah cukup banyak. Pihaknya juga terus mendorong para pelaku usaha untuk memanfaatkan program-program tersebut guna memperbaiki pengelolaan keuangannya.
“Tapi ini kan baru Triwulan I, di mana masyarakat sedang banyak pengeluaran untuk konsumsi, maka kita masih menunggu dan melihat bagaimana perkembangan di Triwulan II, semoga ada perbaikan,” imbuhnya.
Sementara itu, secara umum, NPL posisi triwulan 1-2024 tercatat mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan 1-2023 yaitu menurun sebesar 0,01% dari sebesar 2,51% menjadi sebesar 2,50%. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan 4-2023 kredit NPL tercatat meningkat sebesar 0,15% dari sebesar 2,35% menjadi 2,50%.
Hal ini dikarenakan meningkatnya nominal kredit bermasalah secara keseluruhan sebesar Rp145,81 miliar yang disumbang dari Bank Umum Konvensional (Rp89,10 miliar) dan BPR (Rp56,70 miliar).
Pertanian menjadi salah satu sektor ekonomi penyumbang kredit bermasalah terbesar. Selaras dengan data itu, tambah Otto, sektor pertanian juga menjadi salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di Lampung.
Sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan menyumbang kredit bermasalah sebesar Rp0,27 Triliun atau 13,69%. Kemudian, pedagang besar dan eceran sebesar Rp0,73 Triliun atau 36,99% dan penerima kredit bukan lapangan usaha sebesar Rp0,42 Triliun atau 21,25%.
“Untuk sektor pertanian, penyebab utamanya adalah faktor cuaca, seperti adanya El Nino dan sebagainya, sehingga petani gagal panen,” jelas Otto.
Masih terkait kinerja perbankan di Provinsi Lampung, lanjut Otto, sejauh ini menunjukkan pertumbuhan positif, yang tercermin dari aset perbankan yang meningkat sebesar 9,46% pada triwulan 1 2024 dibandingkan periode triwulan 1 2023 dari sebesar Rp116,29 Triliun menjadi sebesar Rp127,29 Triliun.
“Jika dibandingkan dengan posisi Desember 2023, total aset perbankan di Provinsi Lampung juga tercatat meningkat sebesar 1,61% dari sebesar Rp125,27 Triliun menjadi sebesar Rp127,29 Triliun,” paparnya.
Penyaluran kredit perbankan Lampung di Triwulan I – 2024 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan 1-2023 (yoy) yaitu meningkat sebesar Rp3,08 Triliun atau 4,06% yaitu dari sebesar Rp75,98 Triliun menjadi sebesar Rp79,06 Triliun.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan posisi Desember 2023 (ytd) juga mengalami peningkatan sebesar Rp1,19 Triliun atau 1,53% yaitu dari sebesar Rp77,86 Triliun menjadi Rp79,06 Triliun.
“Tiga sektor ekonomi penyumbang kredit terbesar yaitu sektor penerima kredit bukan lapangan usaha, pedagang besar dan eceran serta pertanian, perburuan dan kehutanan,” ungkap Otto. (Imelda)
Komentar