oleh

Ketua PCNU Bandar Lampung Ajak Warga Distribusikan Daging Kurban ke Daerah Minim

VoxLampung, Bandar Lampung – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bandar Lampung, Ichwan Adji Wibowo mengajak masyarakat Kota Tapis Berseri untuk mendistribusikan daging kurban ke daerah yang minim hewan kurban, agar penyebarannya merata.

Adji menyampaikan, bahwa dari tahun ke tahun, distribusi hewan kurban di Kota Bandar Lampung terkadang tak merata. Bahkan, ada sejumlah tempat di Kota Bandar Lampung memiliki jumlah hewan kurban yang bisa dibilang banyak, namun juga ada sejumlah tempat yang dikatakan minim hewan kurban.

“Semestinya kita semua sudah mulai memikirkan bersama, bagaimana pengelolaan kurban di era sekarang harus jauh lebih menyentuh persoalan sosial. Di Bandar Lampung saja, ada banyak tempat, kompleks dan perkampungan yang jumlah hewan kurbannya berlimpah-limpah, pada saat yang sama ada banyak tempat juga yang minim hewan kurbannya,” kata Adji dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 16/6/2024.

Nah, ini tentu menjadi persoalan kita semua, di mana ke depan kita perbaiki distribusi hewan kurban ini,” imbuhnya.

Ditambah lagi, lanjut Adji, kita banyak menjumpai perilaku oknum panitia kurban yang kerap menjadikan moment kurban ini menjadi ajang menumpuk daging kurban di kulkasnya, dan perilaku lain yang tidak mencerminkan semangat dan esensi hikmah kurban itu sendiri.

Camat Telukbetung Selatan itu memaparkan, kurban adalah sunnah kifayah. Maksudnya, jika satu anggota keluarga sudah melakukannya, maka semuanya telah memenuhi yang sunnah. Seandainya tidak ada yang berkurban dalam satu keluarga, hal itu dimakruhkan. Namun tentu saja yang dikenakan di sini adalah orang yang merdeka dan berkemampuan. (Kifayah Al-Akhyar fi Halli Ghayah Al-Ikhtishar, halaman 579).

“Kurban juga merupakan ibadah yang dimanifestasikan sebagai wujud totalitas ketundukan seorang hamba kepada sang penciptanya. Kurban dimaknai sebagai kesetiaan, ketaatan, kepasrahan terhadap perintah Tuhan tanpa reserve,” ujar Adji.

Selanjutnya, Hari raya kurban di samping sebagai syiar Islam, sekaligus dimaknai sebagai momentum upaya manusia “membunuh” karakter, perilaku, dan sikap yang serba mengarah pada kesombongan.

“Bahwa yang berhak sombong itu adalah sang pemilik jagat semesta, kita sejatinya manusia yang lemah, dhaif, tak berdaya, kita hanya hamba,” katanya.

Perilaku sombong ini yang kerap menjadikan manusia terus berjarak dengan Tuhannya, kemudian berimplikasi pada perilaku lain, tak peduli terhadap sesama, kikir, bahkan serakah, bangga terhadap harta, pangkat, jabatan dan status sosial, tidak ada empati, tidak welas asih, dan seterusnya.

“Kita bersyukur semangat orang berkurban dari waktu ke waktu semakin antusias, tapi di banyak tempat kita juga masih menyaksikan semangat berkurban itu belum sepenuhnya tercermin sebagai upaya ketundukan, sekaligus upaya menundukkan perilaku kesombongan dan ketidakpedulian sosial,” papar Adji.

Maka, kata Adji, penting menjadi perenungan bersama untuk menikmati hari raya kurban ini semata mata menjadi bagian perayaan kepasrahan dan ketaatan kita kepada Tuhan, sekaligus perayaan terhadap kesanggupan kita mau berbagi terhadap sesama.

“Kesanggupan kita untuk peduli terhadap banyak orang lain yang keberadaanya perlu mendapat perhatian, perayaan terhadap kemampuan kita untuk lebih welas asih terhadap sesama,” pungkas Adji.(Rls)

Print Friendly, PDF & Email

Komentar

Rekomendasi