VoxLampung.com, Palembang – Tim Mahasiswa dari Universitas Lampung dan Universitas Sriwijaya Palembang membuat tanda pengenal sebagai akses pembayaran digital di pasar tradisional.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Penggerak Muda Pasar Rakyat yang diadakan oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam program Magang dan Studi Independen Kampus Merdeka di tahun 2022.
Kegiatan ini dilaksanakan di 15 kota di seluruh Indonesia. Salah satu kota yang menjadi tempat pelaksanaan nya adalah Kota Palembang.
Terdapat 6 pasar di kota Palembang yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan penggerak muda pasar rakyat, yaitu Pasar Soak Bato, Pasar Sekip Ujung, Pasar Talang Kelapa, Pasar 10 Ulu, Pasar Kebon Semai, dan Pasar Padang Selasa.
Mahasiswa dari berbagai daerah di seluruh Indonesia bisa ambil bagian dalam kegiatan ini untuk menjadi peserta dan didampingi oleh mentor dari dinas perdagangan di kotanya masing-masing.
Tugas dari mahasiswa di kegiatan ini adalah turun langsung ke pasar rakyat atau yang biasa kita sebut pasar tradisional untuk menerapkan perihal 3 hal, yaitu perencanaan SNI Pasar Rakyat, pengembangan digitalisasi pasar, dan kegiatan aktivasi sekolah pasar rakyat.
Tim Mahasiswa Penggerak Muda Pasar Rakyat (PMPR) Soak Bato, Kota Palembang yang beranggotakan
5 mahasiswa, yaitu Hendri Wijaya (Universitas Sriwijaya), Rendi Efri Sanjaya (Universitas Lampung), Alfin
Jayatra (Universitas Sriwijaya), Anita Septia (Universitas Sriwijaya), dan Nini Hermiani (Universitas Sriwijaya) menginisiasi penerapan dan pengembangan digitalisasi pasar rakyat dengan metode pembayaran digital menggunakan kartu pengenal atau yang biasa kita sebut nametag/id card.
“Inovasi pembayaran menggunakan QRIS atau melalui media digital saat ini sudah banyak digunakan di warung makan, restoran atau tempat-tempat tertentu sebagai transaksi. Tapi, di pasar rakyat atau pasar tradisional terbilang masih baru dan perlunya pemahaman bagi para pedagang mengenai penggunaan pembayaran melalui QRIS ini,” kata Rendi Efri Sanjaya melalaui keterangan tertulis nya, Jumat, 10/6/2022.
Kemudahan transaksi menggunakan QRIS ini menarik minat para pedagang, karena memudahkan untuk akses pembayaran tanpa memegang uang tunai secara langsung, dan hanya melalui smartphone.
Antusiasme para pedagang, pembeli dan pengelola pasar membuat para mahasiswa ini tergerak untuk menciptakan ide pembayaran QRIS menggunakan kartu pengenal tersebut.
“Ide ini muncul dari hasil diskusi TIM PMPR Soak Bato dan kerjasama dengan pihak Bank BRI Unit Merdeka bersama dengan pengelola pasar Soak Bato. Yang mana halnya kartu identitas sebagai tanda pengenal bagi pedagang, bisa juga digunakan sebagai sarana pembayaran digital melalui QRIS,” tutur Rendi.
“Hal ini memudahkan bagi pembeli dan pedagang dengan mengurangi kontak secara langsung, dan tanpa perlu membayar menggunakan uang tunai,” lanjutnya.
Inovasi pembayaran digital menggunakan tanda pengenal sekaligus QRIS ini merupakan salah satu hal baru di Indonesia, dan terutama di Sumatera Selatan yang diterapkan di pasar rakyat. Dengan hal ini, para pedagang dan pembeli bisa transaksi menggunakan media elektronik dan digital yang akhir-akhir ini menjadi trend semenjak pandemi.
“Harapan dari teman-teman tim mahasiswa ini adalah dikembangkannya pasar rakyat sebagai akses digital dan daya tarik minat terhadap pasar rakyat menjadi lebih luas,” imbuh Rendi. (*)
Komentar